Cari Blog Ini

Kamis, 31 Maret 2011

batas-batas Pendidikan Islam

batas-batas Pendidikan Islam

Posted: 28 April 2010 by chekie in Ilmu Pendidikan Islam

Tag:batas pendidikan dalam Islam, Batas-batas Pendidikan Islam, batasan pendidikan dalam islam

0

1.         Adapun pengertian yang dimaksud yaitu:

Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial, religius) (Abdurrahman, 1988: 13).

  1. Batas (awal) pendidikan Islam

Yang dimaksud dengan batas awal pendidikan Islam ialah saat kapan pendidikan Islam itu dimulai. Para ahli paedagogik muslim dan non muslim mempunyai pendapat yang beragam akan hal ini. Mereka hanya sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha dan proses mempunyai batas-batas tertentu. Langevel, memberikan batas awal (bawah) pendidikan pada saat anak sudah berusia kurang lebih 4 tahun, yakni pada usia ini telah terjadi mekanisme untuk mempertahankan dirinya (eksistensi) perubahan besar dalam jiwa seseorang anak di mana sang anak telah mengenal aku-Nya. Sehingga si anak sudah mulai sadar/mengenal kewibawaan (gezag) (Amier Daien Indra Kusuma, 1973 : 33).

Kewibawaan dalam pendidikan adalah kesediaan untuk mengalami adanya pengaruh dan menerima pengaruh (anjuran) orang lain atas dasar sukarela. Bukan karena takut atau terpaksa.

Sejarah Islam telah membenarkan bahwa pendidikan Islam itu telah mulai berkembang pesat di dunia Islam semenjak Islam itu lahir di permukaan bumi. Firman Allah Swt. dalam surah al-Alaq ayat 1-5 sebagai ayat yang pertama kali diturunkan yang berkaitan dengan pendidikan sebagai berikut:

إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ إِقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ  أَلَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ

Artinya :

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah; yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya (Q.S. 96 : 1-5).

Imam al-Gazali berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih yang siap untuk ditulisi melalui orang tuanya sebagai pendidik sehingga batas awal pendidikan pada saat anak dalam kandungan ibunya, lebih jauh dari itu yakin pada saat memilih calon pasangan hidup (suami isteri) (Ahmad Izzuddin, 1987 : 109). Di mana anak akan lahir, tidaklah terlepas dari pengaruh perilaku orang tuanya yang mendidik dan membesarkannya.

Anak dalam kaitannya dalam pendidikan menurut ajaran Islam adalah fitrah atau ajaran bagi orang tuanya. Sebagaimana Hadis Rasulullah saw. yang artinya: Setiap anak itu dilahirkan atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan Nasrani atau Majusi.

  1. Batas akhir pendidikan Islam

Sebelum anak mengenal kewibawaan (gezag) dari pendidik maka peristiwa pendidikan belum ada, dan yang ada hanya latihan dan pembiasaan saja. Kewibawaan yang dimaksud adalah kekuatan batin yang dimiliki oleh pendidik yang ditaati oleh anak didik. Langevel memandang pendidikan itu sebagai suatu pergaulan antara anakdidik dengan pendidik. Tugasi pendidik ialah mendewasakan anak didik (manusia muda) dengan membimbing sampai pada tingkat kedewasaan (jasmani dan rohani). Sehingga dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab secara etis.

Adapun tujuan akhir pendidikan Islam menurut Imam al-Gazali adalah untuk mencapai keutamaan dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan hal di atas jelaslah bahwa batas pendidikan versi Langevel agak realistik pragmatik, maka batas pendidikan Islam lebih idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu berlangsung dari buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.:

أُطْلُبِ اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ إِلَى اللَّهْـدِ

Artinya:

Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat (al-Hadis).

Prinsip pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini yang dikenal dengan konsep pendidikan seumur hidup (Long Life of Education). Hal ini menunjukkan bahwa tidak dikenal adanya batas-batas pendidikan. Bukankah pendidikan adalah pertolongan orang dewasa (pendidik) kepada (pemuda) anak didik. Bukankah manusia semenjak dia lahir dan sepanjang hidupnya dia membutuhkan pertolongan orang lain?, maka semakin banyak kebutuhan hidup yang dibutuhkannya semakin pula ia membutuhkan pendidikan.

Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muttaqin yang secara sadar dan bertanggung jawab selalu mencari keridaan Allah Swt. melalui jalur muamalah yang ubudiyah sehingga sistem pendidikan Islam adalah suatu pola yang menyeluruh dari suatu masyarakat, unsur-unsur lembaga formal atau non formal dengan pemindahan pengetahuan dan pewarisan kebudayaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial spiritual dan intelektual. Dengan munculnya sistem pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri adalah suatu fenomena baru dalam syariat Islam (Hasan Langgulung, 1988 : 4)

B. Beberapa Konsep Berkembangnya Pendidikan Islam

Sebuah analogi ringan dari masyarakat primitif mereka berasumsi bahwa dimulainya pendidikan Islam adalah karena proses sosial yang dengan sendirinya seseorang akan mempelajari benda-benda atau hal-hal yang penting agar dia dapat menyesuaikan dirinya dengankehidupan masyarakat, dengan mengambil bagian dalam aktivitas masyarakat akan menambah pengalaman, setiap pengalaman pada dasarnya akan bersifat mendidik (menjadi guru) dalam hidup tujuan akhir pendidikan pada masyarakat primitif adalah mencapai pengetahuan yang diperlukan buat menyesuaikan diri dengan kebudayaan.

Dalam masa perkembangannya proses kehidupan umat manusia di akhir abad ke 20. Teori pendidikan dan filsafat pendidikan haruslah disesuaikan dengan kondisi zaman yang lalu. Persoalannya apakah sistem itu dapat menjawab tantangan zaman yang sekarang dan yang akan datang yang kita hadapi (Hamdani Ali, 1986 : 20-21).

Sejak awal Islam didakwahkan oleh Rasulullah saw. melalui pendidikan dengan sendirinya bertambahlah lembaga-lembaga pendidikan sebagai tempat 7untuk mencari/menuntut mutu kendati sarana dan fasilitas yang ada masih serba terbatas, namun menjadi acuan (dasar) untuk menyelenggarakan pendidikan Islam secara sistematis, tempat-tempat pada zaman itu seperti al-Iqra' Masjid al-Hikmah dan Majlis Taklim lainnya, al-Khattab (Abdullah Fadjar, 1991 : 11).

Di Indonesia sendiri pendidikan Islam itu berlangsung dalam keluarga dan lembaga pendidikanlainnya. Seperti madrasah-madrasah (ibtidaiyyah, tsanawiyah dan aliyah) dan pondok-pondok pesantren sebagai suatu fundamental pewaris nilai-nilai Islam yang kondusif, yang tidak terlepas dari aspek dasar pewaris nilai-nilai Islamiyah. Itu disebabkan oleh perbedaan sistem pendidikan kita dengan sistem pendidikan barat adalah orientasi sebagai indikator utama (barat) adalah materi yang sekularisme (The Post Cristiaw Era) yang menatap dengan bayang-bayang Tuhan dengan mata hati dimasyarakatkan oleh alam semesta.

Demikian pula dalam kehidupan bernegara sebagai bangsa Indonesia yang telah menjunjung tinggi demokrasi (pasca reformasi) mencerdaskan kehidupan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan haruslah merata ke seluruh lapisan masyarakat (penduduk) Indonesia melalui lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Proses ini menyangkut kegiatan belajar secara formal maupun non formal yang berlangsung pada Tri Pusat Pendidikan (Djamaluddin AB, 1984 : 14).

Akhirnya pendidikan atau pendidikan Islam itu tidak memiliki batas, karena pendidikan itu mesti kondusif yang didasari pada eksistensi manusia yang berhubungan dengan Khaliknya, sesamanya makhluk dan lingkungan sekitarnya dibina dan dikembangkan. Olehnya itu dapat dikatakan bahwa batas awal pendidikan Islam memilih pasangan hidup (suami-isteri) dan mendidik anak dimulai dari buaian hingga liang lahat, karena tidak ada batas tertentu bagi seseorang dalam pendidikan (long time education). Pendidikan Islam adalah tanggung jawab kita bersama.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar