Cari Blog Ini

Kamis, 31 Maret 2011

batas-batas Pendidikan Islam

batas-batas Pendidikan Islam

Posted: 28 April 2010 by chekie in Ilmu Pendidikan Islam

Tag:batas pendidikan dalam Islam, Batas-batas Pendidikan Islam, batasan pendidikan dalam islam

0

1.         Adapun pengertian yang dimaksud yaitu:

Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial, religius) (Abdurrahman, 1988: 13).

  1. Batas (awal) pendidikan Islam

Yang dimaksud dengan batas awal pendidikan Islam ialah saat kapan pendidikan Islam itu dimulai. Para ahli paedagogik muslim dan non muslim mempunyai pendapat yang beragam akan hal ini. Mereka hanya sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha dan proses mempunyai batas-batas tertentu. Langevel, memberikan batas awal (bawah) pendidikan pada saat anak sudah berusia kurang lebih 4 tahun, yakni pada usia ini telah terjadi mekanisme untuk mempertahankan dirinya (eksistensi) perubahan besar dalam jiwa seseorang anak di mana sang anak telah mengenal aku-Nya. Sehingga si anak sudah mulai sadar/mengenal kewibawaan (gezag) (Amier Daien Indra Kusuma, 1973 : 33).

Kewibawaan dalam pendidikan adalah kesediaan untuk mengalami adanya pengaruh dan menerima pengaruh (anjuran) orang lain atas dasar sukarela. Bukan karena takut atau terpaksa.

Sejarah Islam telah membenarkan bahwa pendidikan Islam itu telah mulai berkembang pesat di dunia Islam semenjak Islam itu lahir di permukaan bumi. Firman Allah Swt. dalam surah al-Alaq ayat 1-5 sebagai ayat yang pertama kali diturunkan yang berkaitan dengan pendidikan sebagai berikut:

إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ إِقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ  أَلَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ

Artinya :

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah; yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya (Q.S. 96 : 1-5).

Imam al-Gazali berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih yang siap untuk ditulisi melalui orang tuanya sebagai pendidik sehingga batas awal pendidikan pada saat anak dalam kandungan ibunya, lebih jauh dari itu yakin pada saat memilih calon pasangan hidup (suami isteri) (Ahmad Izzuddin, 1987 : 109). Di mana anak akan lahir, tidaklah terlepas dari pengaruh perilaku orang tuanya yang mendidik dan membesarkannya.

Anak dalam kaitannya dalam pendidikan menurut ajaran Islam adalah fitrah atau ajaran bagi orang tuanya. Sebagaimana Hadis Rasulullah saw. yang artinya: Setiap anak itu dilahirkan atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan Nasrani atau Majusi.

  1. Batas akhir pendidikan Islam

Sebelum anak mengenal kewibawaan (gezag) dari pendidik maka peristiwa pendidikan belum ada, dan yang ada hanya latihan dan pembiasaan saja. Kewibawaan yang dimaksud adalah kekuatan batin yang dimiliki oleh pendidik yang ditaati oleh anak didik. Langevel memandang pendidikan itu sebagai suatu pergaulan antara anakdidik dengan pendidik. Tugasi pendidik ialah mendewasakan anak didik (manusia muda) dengan membimbing sampai pada tingkat kedewasaan (jasmani dan rohani). Sehingga dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab secara etis.

Adapun tujuan akhir pendidikan Islam menurut Imam al-Gazali adalah untuk mencapai keutamaan dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan hal di atas jelaslah bahwa batas pendidikan versi Langevel agak realistik pragmatik, maka batas pendidikan Islam lebih idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu berlangsung dari buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.:

أُطْلُبِ اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ إِلَى اللَّهْـدِ

Artinya:

Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat (al-Hadis).

Prinsip pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini yang dikenal dengan konsep pendidikan seumur hidup (Long Life of Education). Hal ini menunjukkan bahwa tidak dikenal adanya batas-batas pendidikan. Bukankah pendidikan adalah pertolongan orang dewasa (pendidik) kepada (pemuda) anak didik. Bukankah manusia semenjak dia lahir dan sepanjang hidupnya dia membutuhkan pertolongan orang lain?, maka semakin banyak kebutuhan hidup yang dibutuhkannya semakin pula ia membutuhkan pendidikan.

Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muttaqin yang secara sadar dan bertanggung jawab selalu mencari keridaan Allah Swt. melalui jalur muamalah yang ubudiyah sehingga sistem pendidikan Islam adalah suatu pola yang menyeluruh dari suatu masyarakat, unsur-unsur lembaga formal atau non formal dengan pemindahan pengetahuan dan pewarisan kebudayaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial spiritual dan intelektual. Dengan munculnya sistem pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri adalah suatu fenomena baru dalam syariat Islam (Hasan Langgulung, 1988 : 4)

B. Beberapa Konsep Berkembangnya Pendidikan Islam

Sebuah analogi ringan dari masyarakat primitif mereka berasumsi bahwa dimulainya pendidikan Islam adalah karena proses sosial yang dengan sendirinya seseorang akan mempelajari benda-benda atau hal-hal yang penting agar dia dapat menyesuaikan dirinya dengankehidupan masyarakat, dengan mengambil bagian dalam aktivitas masyarakat akan menambah pengalaman, setiap pengalaman pada dasarnya akan bersifat mendidik (menjadi guru) dalam hidup tujuan akhir pendidikan pada masyarakat primitif adalah mencapai pengetahuan yang diperlukan buat menyesuaikan diri dengan kebudayaan.

Dalam masa perkembangannya proses kehidupan umat manusia di akhir abad ke 20. Teori pendidikan dan filsafat pendidikan haruslah disesuaikan dengan kondisi zaman yang lalu. Persoalannya apakah sistem itu dapat menjawab tantangan zaman yang sekarang dan yang akan datang yang kita hadapi (Hamdani Ali, 1986 : 20-21).

Sejak awal Islam didakwahkan oleh Rasulullah saw. melalui pendidikan dengan sendirinya bertambahlah lembaga-lembaga pendidikan sebagai tempat 7untuk mencari/menuntut mutu kendati sarana dan fasilitas yang ada masih serba terbatas, namun menjadi acuan (dasar) untuk menyelenggarakan pendidikan Islam secara sistematis, tempat-tempat pada zaman itu seperti al-Iqra' Masjid al-Hikmah dan Majlis Taklim lainnya, al-Khattab (Abdullah Fadjar, 1991 : 11).

Di Indonesia sendiri pendidikan Islam itu berlangsung dalam keluarga dan lembaga pendidikanlainnya. Seperti madrasah-madrasah (ibtidaiyyah, tsanawiyah dan aliyah) dan pondok-pondok pesantren sebagai suatu fundamental pewaris nilai-nilai Islam yang kondusif, yang tidak terlepas dari aspek dasar pewaris nilai-nilai Islamiyah. Itu disebabkan oleh perbedaan sistem pendidikan kita dengan sistem pendidikan barat adalah orientasi sebagai indikator utama (barat) adalah materi yang sekularisme (The Post Cristiaw Era) yang menatap dengan bayang-bayang Tuhan dengan mata hati dimasyarakatkan oleh alam semesta.

Demikian pula dalam kehidupan bernegara sebagai bangsa Indonesia yang telah menjunjung tinggi demokrasi (pasca reformasi) mencerdaskan kehidupan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan haruslah merata ke seluruh lapisan masyarakat (penduduk) Indonesia melalui lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Proses ini menyangkut kegiatan belajar secara formal maupun non formal yang berlangsung pada Tri Pusat Pendidikan (Djamaluddin AB, 1984 : 14).

Akhirnya pendidikan atau pendidikan Islam itu tidak memiliki batas, karena pendidikan itu mesti kondusif yang didasari pada eksistensi manusia yang berhubungan dengan Khaliknya, sesamanya makhluk dan lingkungan sekitarnya dibina dan dikembangkan. Olehnya itu dapat dikatakan bahwa batas awal pendidikan Islam memilih pasangan hidup (suami-isteri) dan mendidik anak dimulai dari buaian hingga liang lahat, karena tidak ada batas tertentu bagi seseorang dalam pendidikan (long time education). Pendidikan Islam adalah tanggung jawab kita bersama.


 

Senin, 07 Maret 2011

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

DI MASA PEMBINAAN


 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah        : Sejarah Pendidikan Islam

Dosen pengampu        : A Zaeni, MAg


 


 


 


 



 


 


 

Disusun oleh :


 

  1. Sobari Jaya S        202109009
  2. Rokhimah         202109012
  3. Nurul Witri        202109013
  4. Muh Syamsuddin    202109016


 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

PEKALONGAN

2010

KATA PENGANTAR


 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sejarah Pendidikan Islam Masa Pembinaan".

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi bekal hidup kita didunia dan diakhirat kelak.

Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai pembuatan makalah ini selesai, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua, kritik dan saran dari pembaca kami nantikan untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya


 


 


 


 

Pekalongan , 16 Oktober 2010

Penulis


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB I

PENDAHULUAN


 

Dengan masa pembinaan pendidikan islam yang dimaksudkan adalah masa dimana proses penurunan ajaran islam kepada Muhammad dan proses pembudayaannya (masuknya ke dalam kebudayaan manusiawi sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu kedalam kebudayaan manusia) berlangsung. Masa tersebut berlangsung sejak Muhammad menerima pengangkatannya sebagai Rosul sampai dengan lengkap dan sempurnanya agama Islam menjadi warisan budaya umat islam sepeninggal nabi Muhammad SAW, masa tersebut berlangsung selama 22 tahun atau 23 tahun sejak beiau menerima wahyu pertama kali yaitu tanggal 17 Ramadhan 13 tahun sebelum Hijriyah bertepatan dengan 6 Agustus 610 M sampai dengan wafatnya pada tanggal 12 Robiul Awal 11 Hijriyah, bertepatan dengan 8 Juni 832 M.

Dengan meninggalnya nabi Muhammad maka selanjutnya pemerintahan dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin yang diantaranya adalah:

  • Abu Bakar ash Shidieq ( masa pemerintahan tahun 632-634 M atau 11-13 H)
  • Umar bin Khattab (masa pemerintahan tahun 634-644 M atau 13-23 H)
  • Usman bin Affan (masa pemerintahan tahun 644-655 M atau 23-25 H)
  • Ali bin Abi Thalib ( masa pemerintahan tahun 656-660 M atau 26-40 H)


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB II

PEMBAHASAN


 

2.1 Pendidikan Pada Masa Rosulullah saw

2.1.1 Periode Mekkah

Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, Pendidikan islam terjadi sejak nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul Allah di mekkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan masa ini merupakan prototype yang terus menerus dikembangkan oleh umat islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya, Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rosulullah setelah mendapat perintah dari allah agar beliau menyeru kepada Allah sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surat Al Mudatsir 74 ayat 1-7.

1. Hai orang yang berkemul (berselimut),

2. bangunlah, lalu berilah peringatan!

3. dan Tuhanmu agungkanlah!

4. dan pakaianmu bersihkanlah,

5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,

6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Menyeru berarti mengajak, dan mengajak berarti mendidik. Langkah awal yang nabi tempuh adalah menyerukan keluarganya terlebih dahulu, pertama Nabi serukan istrinya khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk Allah yang kemudian diikuti oleh Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Setelah itu nabi mengajak sahabat-sahabat yang dilakukannya secara hati-hati dan tidak sembarangan beliau hanya mengarahkan ajakannya kepada sahabat-sahabat yang kuat imannya dan dari kalangan Quraish yang berpengaruh dimasyarakat

Sebagai upaya untuk memperkokoh dakwah Rosululoh diantara mereka adalah Abu Bakar sahabat yang beliau kenal pribadinya dan terbuka pikirannya setelah beriman dan mendukung nabi Abu Bakar secara diam-diam mengajak kaum Quraish untuk memeluk agama islam sahabat-sahabat lain yang masuk islam adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abu waqas Abd al Rahman bin Auf, Thallah bin Ubaidillah, Abu Ubaidilah bin Jarrah, Arqam bin Abi Al Arqom, Fatimmah bin Khattab bersama suaminya Saad bin Tsabit dan beberapa orang lainnya. Sesudah Nabi mendapat pengikut beliau menghimpun

mereka untuk menerima penjelasan-penjelasan yang diajarkan secara sembunyi-sembunyi dirumah Arqam dibukit Shafa.

Rumah Arqam dipilih sebagai tempat berkumpulnya umat islam untuk menerima pelajaran dari nabi karena Arqam adalah sahabat nabi yang setia sekaligus lokasinya yang sangat baik terhadang dari penglihatan kaum Quraish. Hal ini penting dilakukan untuk memberi keamanan dan ketenangan kepada kaum muslimin yang sedang melaksanakan kegiatan dan pertemuan untuk menerima pelajaran. Rosulullah mengajarkan pokok-pokok agama islam dan membacakan ayat-ayat Alquran kepada para sahabat dan pengikut nabi pendidikan pertama yang dilakukan nabi adalah membina pribadi muslim agar menjadi kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh dari segala cobaan untuk di persiapkan menjadi masyarakat islam dan mubaligh serta pendidik yang baik.

Berikutnya Rosulullah mengarahkan dakwah kepada Bani Muthalib setelah turun petunjuk Allah dalam QS Al Baqarah 2:214-215

214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.

215. mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.

Seruan ini merupakan langkah awal untuk menyampaikan islam secara terang-terangan. Seruan Nabi kali ini disambut dan dibenarkan dengan baik oleh sebagian dan sebagian lain menentang dan mendustakannya seperti Abu Lahab dan Istrinya. Dakwah nabi berjalan selama tiga tahun sampai turunlah wahyu Allah dalam surat Al Hijr 15: 94-95

94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

95. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),


 

Yang menyerukan islam secara terang terangan kepada manusia secara umum baik penduduk mekkah maupun luar mekkah miskin maupun kaya.

Kegagalan Rosulullah mengajak masuk islam suku Quraish yang diwarnai kekerasan dan perlawanan oleh mereka mendorong mencari dukungan dan menambah pengikut ke Thaif tetapi gagal kemudian setiap musim haji, Rosulullah mengunjungi kemah-kemah jemaah untuk menyampaikan seruan islam kepada mereka. Tidak semua jemaah yang dikunjungi Rosulullah menerima islam, kecuali kelompok jamaah berasal dari Yatsrib dari kabillah Khazraj, kabilah ini sangat mendambakan kedamaian setelah lama mengalami pertentangan dengan kaum Yahudi di Yatsrib. Dimusim haji tahun ke 12 kenabian datang 12 orang laki-laki dan seorang perempuan penduduk Yatsrib menemui Rosulullah di Aqabah untuk menyatakan baiah kepada Nabi dan dikenal dengan Baiah Aqabah 1.

Setelah musim haji selesai mereka kembali ke Yatsrib dengan bekal pengetahuan yang diperoleh dan semangat islam yang berkobar di tambah pengaruh ikrar yang diucapkan dihadapan Nabi, mereka kembali ke Yatsrib dan diminta Rosulullah untuk menyampaikan islam kepada penduduk Yastrib lainnya. Selain itu bersama mereka Rosulullah mengirim seorang pemuda Mus'ab bin umair untuk mengemban tugas mendidik dan mengajarkan ajaran islam kepada kaum Muslimin di Yatsrib usaha Musab bin Umair dan mereka yang telah berikrar membawa hasil yang tidak mengecewakan agama islam memperoleh kemajuan pesat di Yatsrib sampai banyak orang-orang Yatsrib masuk islam.

Pada musim haji tahun berikutnya serombongan jamaah haji Yatsrib sejumlah 73 orang menuju mekkah mereka bersepakat mengajak Nabi pindah ke Yatsrib yang mereka harapkan menjadi penengah bagi pertikaian antara Kabilah Kharaj dengan orang-orang Yahudi dan Kabilah Aws. Disamping itu mereka juga bertujuan baiah kepada Rosulullah di Aqabah yang kemudian dikenal dengan baiah Aqabah 2 turut pula rombongan ini Musab bin Umair untuk melaporkan hasil usaha dan perjuangannya dalam mendidik penganut-penganut islam yang baru.

Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama di gua Hira di Mekkah pada tahun 610 M, Wahyu yang pertama turun yaitu 5 ayat surat Al Alaq dan kemudian disusul 3 ayat surat Al Mudatsir,

Dalam kedua wahyu yang mula-mula turun itu dapat diambil kesimpulan bahwa pendidkan islam terdiri dari empat macam yaitu:

  • Pendidikan keagamaan yaitu hendaknya membaca dengan nama Allah semata-mata jangan dipersekutukan dengan nama berhala karena tuhan itu maha besar dan maha pemurah sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya
  • Pendidikan akliyah dan ilmiah yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta alam akan mengajarkan demikian itu kepada orang-orang yang mau menyelidiki dan membahasnya sedangkan mereka dahulu belum mengetahuinya. Untuk mempelajari hal itu seharusnya dengan banyak membaca dan menyelidiki serta memakai pena untuk mencatat.
  • Pendidikan ahlak dan budi pekerti yaitu si penddik hendaklah suka memberi atau mengajar tanpa mengharapkan balasan dari orang yang menerima pemberian itu, melainkan karena Allah semata-mata dan mengharapkan keridhaannya begitu juga si pendidik harus berhati sabar dalam melakukan tugasnya.
  • Pendidik jasmani (kesehatan) yaitu mementingkan kebersihan , terutama si pendidik harus suci hatinya dan baik budi pekertinya supaya menjadi contoh dan teladan bagi anak didikannya.


 

2.1.2 Cara Nabi Menyiarkan Agama Islam

Cara nabi menyiarkan agama islam ialah dengan berpidato dan bertablight di empat yang amai di kunjungi orang seperti dipekan Ukaz terutama dimusim haji. Ketika itu banyak orang dari suku bangsa arab datang berkunjung ke kota mekkah begitu pula nabi menyiarkan agama islam dengan mengajarkan agama islam dengan membacakan ayat Alquran yang berisikan petunjuk dan pengajaran kepada umum.

Oleh karena isi Alquran terang dan hebat, bahasanya indah, menarik dan bersemangat lambat laun penduduk Mekkah memeluk agama islam sedikit demi sedikit akhirnya bertambah banyak dan ramai juga meskipun mereka menderita siksaan dari kaum Quraish mereka tetap dalam keimanan Nabi sendiri menderita kesulitan juga tetapi beliau juga tetap menyiarkan agama islam.

Setelah wafat Abu thalib dan Siti khatijah maka sewenang-wenanglah kaum Quraish menindas Nabi dan sahabat-sahabatnya pada tahun itulah Nabi pergi Isra dan Miraj tahun 621 Masehi, Pada malam itu diwajibkan oleh Allah sholat lima waktu sehari semalam sebelum kejadian itu Nabi telah sholat juga bersama sahabat-sahabatnya tetapi tidak lima kali seperti sekarang ini.


 


 


 


 

2.1.3 Inti Sari Pendidikan dan Pengajaran Islam yang diberikan Nabi

Muhammad di Mekkah Selama 13 Tahun

Nabi tinggal dimekkah sejak mulai jadi nabi sampai hijrah ke madinnah lamanya 12 tahun 5 bulan dan 21 hari pengajaran yang diberikan nabi selama itu adalah wahyu Allah Alquran terdiri dari 93 surat yang diturunkan di Mekkah sebelum hijrah yaitu surat Makkiyah namanya.

Diantara inti pengajaran dimekkah ialah menerangkan pokok-pokok agama islam seperti beriman kepada Allah, Rasulnya, dan Hari Akhir adapun Zakat belum terperinci di mekkah bahkan zakat pada waktu itu berarti sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim.

Selain dari itu menyuruh manuusia berahlak mulia dan berkelakuan baik dan melarang mereka berperangai jahat dan berkelakuan buruk


 

2.1.4 Periode Madinah

Karena di Mekkah selalu mendapat tantangan dari kaum Quraish yang selalu mengganggu dakwah islam, Rosullullah akhirnya hijrah ke Madinah setelah sampai di Madinah usaha pertama yang dilakukan oleh Nabi adalah mendirikan masjid sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan di masjid ini nabi melaksanakan shalat berjamaah membacakan Alquran dan memberikan pengajaran islam Nabi juga mengadakan musyawarah yang berkenaan dengan kemasyarakatan dan politik islam di masjid ini.

Tujuan pendidikan di Yatsrib dan Madinah ini semakin luas dibandingkan pendidikan islam di mekkah seiring berkembangnya masyarakat islam dan semakin luas petnjuk-petunjuk Allah semakin luas pula tujuan dan materi pendidikan yang dilaksanakan oleh rosulullah pendidikan islam tidak hanya diarahkan untuk membentuk pribadi kader islam tetapi juga membina aspek aspek kemanusiaan sebagai hamba Allah untuk mengelola

dan menjaga kesejahteraan alam semesta. Untuk itu umat islam dibekali dengan pendidikan tauhid, ahlak, amal ibadah, kehidupan sosial kemasyarakatan, dan keagamaan serta ekonomi kesehatan bahkan kehidupan bernegara.

Pada awal lahirnya islam, umat islam belum memiliki budaya membaca dan menulis bagi masyarakat Arab budaya membaca dan menulis hanya berkembang dikalangan kaum Yahudi dan Nasrani. Orang arab selain Yahudi dan Nasrani yang dapat membaca dan menulis hanyalah sedikit pada masa Nabi menyiarkan agama di Mekkah dikalangan kaum Quraish ada 17 orang yang pandai tulis-menulis.

Setelah perang Badar ada beberapa tawanan yang pandai membaca dan menulis para tawanan ini dapat menebusnya dengan mengajarkan baca tulis kepada 10 anak muslim untuk seorang tawanan. Pada masa nabi negara islam meliputi seluruh jazirah Arab dan pendidikan islam berpusat di Madinah setelah Rosulullah wafat kekuasaan pemerintah islam secara bergantian dipegang oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa empat khalifah ini wilayah islam telah meluas dijazirah Arab yang meliputi Mesir, Persia, Syiria dan Irak. Para khalifah ini disamping memikirkan perhatian pada pendidikan demi syiarnya agama dan kokohnya negara islam


 

2.1.5 Pendidikan Islam pada Masa Nabi Muhammad saw di Madinah

Setelah Nabi bersama sahabat-sahabatnya (muhajirin) hijrah ke madinah usaha nabi yang pertama adalah mendirikan mesjid.

Setelah pembangunan itu selesai maka dimasjid itulah nabi mendirikan sholat berjamaah bahkan masjid itulah nabi membacakan alquran dan mendirikan pendidikan dan pengajaran islam pendidikan pertama yang dilakukn naabi ialah memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis habis-habisan sisa-sisa permusuhan dan persukuan. Lalu nabi mempersaudarakan dua-dua orang. Mula-mula diantara sesame muhajirin kemudian diantara muhajirin dan anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.

2.1.6 Intisari Pendidikan dan Pengajaran Islam yang diberikan Nabi

Muhammad saw di Madinah

Kurang lebih 10 tauhn lamanya dari tahun 11 H atau dari tahun 622-632 M

Pada masa nabi di madinah diturunkan Alquran sebanyak 22 surat atau kira-kira 1/3 Alquran. Diantara intinya sebagai berikut:

1. Pendidikan keagamaan, Terdiri dari:

a. Keimanan

Tentang keimanan diperkuat dan dipertebal dengan keterangan yang dibaakan oleh nabi dari ayat-ayat Alquran, dimadinah ditetapkan keimanan yang terdiri dari:

  • Iman kepada Allah
  • Iman kepada malaikat
  • Iman kepada kitab Allah
  • Iman kepada rosul
  • Iman kepada hari kiamat
  • Iman kepada taqdir

    b. Ibadat

    c. Sholat

    Selain sholat lima waktu yang telah diperlukan dimekkah di madinah diperlukan sholat jumat, sebagai ganti sholat dhuhur pada hari jumat.

    Begitu juga disyariatkan sholat takut yang dilakukan dalam peperangan dan sembahyang hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha serta sholat sunah yang lain.

    Selain itu dianjurkan mendirikan sholat serta menjaga waktunya sehingga sholat itu dijadikan sebagai tiang agama.

    d. Puasa

Puasa yang dperlukan di Madinah pada tahun 2 Hijriah yaitu pusaa bulan Ramadhan.

e. Zakat

Dalam Alquran tidak diperinci soal zakat hanyalah Nabi yang menerangkan perinciannya, Alquran menerangkan orang-orang yang berhak menerima zakat.

f. Haji

Nabi Muhammad saw baru dapat melakukan haji itu pada tahun 10 H yang dinamai Haji Wada, waktu itu nabi menerangkan cara mengerjakan haji dengan seterang-terangnya sehingga sampai sekarang diikuti oleh kaum muslimin seluruh dunia.


 

2. Pendidikan ahlak

Pendidikan ahlak yang telah diberikan di Mekkah di perkuat dan diperinci di madinah seperi adab masuk rumah orang bercaka-cakap, bertetangga, adab bergaul, dalam masyarakat dan lain-lain hingga empurnalah soal-soal pendidian ahlak seluruhnya siti aisyah menerangkan bahwa ahlak nabi saw adalah Alquran.

2.2 Pendidikan pada Masa Khulafaur Rasyidin

2.2.1 Abu Bakar

Masa awal kekhalifahan Abu Bakar telah diguncang pemberontakan oleh orang-orang yang murtad orang yang mengaku sebagai Nabi, dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat pada awal kekuasaannya Abu Bakar memusatkan kosentrasinya untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan yang dapat mempengaruhi orng islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari islam. Maka dikirimlah

pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah dalam operasi tersebut sebanyak 73 orang islam yang gugur yang terdiri dari sahabat rosul dan para Hafidz Alquran kenyataan ini telah mengurangi jumlah sahabat yang hafal alquran dan jika tidak diperhatikan shabat-sahabat yng hafal Alquran akan habis dan akirnya akan melahikan perselisihan dikalangan umat islam mengenai Alquran. Oleh karena itu sahabat Umar bin Khatab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Alquran. Saran tersebut kemudian direalisasikan Abu Bakar dengan mengutus Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan ayat-ayat Alquran. Dengan demikian khalifah Abu Bakar berjasa dalam menyelamatkan keaslian materi dasar pendidikan islam.


 

2.2.2 Umar bin Khattab

Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi pokok politik dalam keadaan stabil. Melanjutkan kebijaksanaan Abu Bakar, umar bin khattab mengirim pasukan untuk memperluas wilayah islam. Ekspansi islam di masa Umar mencapai hasil yang gemilang yang meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria Irak Persia dan Mesir.

Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah Arab penguasa memikirkan pendidikan islam didaerah diluar jazirah Arab Karena bangsa tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda dengan islam. Umar memerintahkan panglima-panglima apabila mereka berhasil menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha itu khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditklukan yang bertugas mengajarkan isi alquran dan ajaran islam kepada penduduk yang bau masuk islam.

Pada masa khalifah Umar sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan memiliki pengaruh besar, dan pendidikan islam terpusatkan di Madinah sehingga kota tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuan islam. Meluasnya kekuasaan islam mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah besar karena mereka yang baru menganut islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat yang menerima langsung dari Nabi SAW. Khususnya menyangkut Hadist Rosul yang merupakan salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan hanya dalam ingatan para sahabat.

2.2.3 Usman bin Affan

Pada masa khalifah Usman bin Affan pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada. Usaha konkrit di bidang pendidikan islam ini di buktikan adanya lanjutan usulan khalifah Umar kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Alquran. Khalifah Usman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits, supaya menyalin mushaf Alquran yang dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar. Setelah selesai menyalin mushaf itu Usman memerintahkan para penulis Alquran untuk menyalin kembali dan dikirimkan ke Mekkah, Kuffah, Basrah dan Syam, khalifah Usman sendiri memegang satu mushaf yang disebut mushaf Al-Imam.

Mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi ketempat peyimpanan semula yaitu rumah Hafsah. Khalifah Usman meminta agar umat islam memegang teguh apa yang tertulis dimushaf yang dikirimkan kepda mereka sedangkan mushaf-mushaf yang sudah ada ditangan umat islam segera dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari perselisihan bacaan Alquran serta menjaga keasliannya. Fungsi Alquran sangat fundamental

bagi sumber agama dan ilmu-ilmu islam. Oleh karena itu menjaga keasliannya Alquran dengan menyalin dan membukukannya merupakan suatu usaha demi perkembangan ilmu-ilmu islam dimasa mendatang.

Seperti khalifah-khlifah sebelumnya, khalifah Usman memberikan perhatian besar pada pengiriman tentara kebeberapa wilayah yang belum ditaklukan. Besar juga hasil yang diperoleh dari pengiriman ekspedisi dimasa ini bagi perluasan kekuasaan islam, yang mencapai Tripoli,Ciprus, dan beberapa wilayah lain, tetapi gelombang ekspedisi terhenti sampai disini karena perselisihan pemerintahan dan kekacauan yang mengakibatkan terbunuhnya khalifah Usman.


 

2.2.4 Ali bin Abi Thalib

Mengganti Usman naiklah Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah sejak awal kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti pemberontakan, salah satunya peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) bersama Talhahd an Abdullah bin Zubair yang berambisi menduduki jabatan khalifah, peperangan diantara mereka disebut dengan perang jamal (Unta) karena Aishyah menggunakan kendaraan unta.

Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah muncul pemberontakan lain sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaan Ali, Ali terpaksa harus menghadapi peperangan lagi melawan Muawiyah dan pendukungnya yang terjadi di Shiffin. Tentara Ali sudah hampir pasti dapat mengalahkan tentara Muawiyah, akhirnya Muawiyah mengambil siasat untuk mengadakan takhim, penyelesaian dengan adil dan damai. Semula Ali menolak, tetapi atas desakan sebagian tentaranya ia menerima juga, namun takhim malah menimbulkan kekacauan Karena Muawiyah bersifat curang. Dengan takhim Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan akhirnya mendirikan pemerintah tandingan di Damaskus.

Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara takhim karena tidak setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk kelompok sendiri sebagai kelompok Khawarij, Golongan ini selalu

merongrong kewibawaan kekuasaan Ali sampai akhirnya beliau mati terbunuh seperti yang dialami Usman.

Kekacauan dan pemberontakan dimasa khalifah Ali membuat Syalabi, seperti yang dikutip Soekarno dan Ahmad Supardi, berkomentar

sebenarnya tidak pernah ada barang satu haripun keadaan yang stabil selama pemerintahan Ali. Tak ubahnya dia sebagai orang yang menambal kain usang jangankan menjadi baik malah bertambah sobek demikian nasib Ali. Lebih lanjut dijelaskan oleh Soekarno dan Ahmad Soepardi bahwa saat kericuhan politik dimasa Ali ini ampir pasti dapat dipastikan bahwa kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan walaupun tidak terhenti sama sekali, khalifah Ali pada saat itu tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada zaman empat khalifah belum berkembang seperti masa-masa sesudahnya, pelaksananya tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada Alquran dan Hadist nabi, hal ini disebabkan oleh kosentrasi umat islam dan terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abi Thalib.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

PENUTUP


 

Dari uraian diatas dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

Pendidikan islam terjadi sejak nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul Allah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rosulullah setelah mendapat perintah dari allah agar beliau menyeru kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surat Al Mudatsir 74 ayat 1-7.

1 Hai orang yang berkemul (berselimut),

2. bangunlah, lalu berilah peringatan!

3. dan Tuhanmu agungkanlah!

4. dan pakaianmu bersihkanlah,

5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,

6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.


 

Dengan meninggalnya nabi Muhammad maka selanjutnya pemerintahan dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin yang diantaranya adalah:

  • Abu Bakar ash Shidieq ( masa pemerintahan tahun 632-634 M atau 11-13 H)
  • Umar bin Khattab (masa pemerintahan tahun 634-644 M atau 13-23 H)
  • Usman bin Affan (masa pemerintahan tahun 644-655 M atau 23-25 H)
  • Ali bin Abi Thalib ( masa pemerintahan tahun 656-660 M atau 26-40 H)


 

Daftar pustaka

Asrohah,Hanun, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Zuhraini, 1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Yunus, Mahmud, 1987, Sejarah Pendidikan islam, Jakarta: Hidakarya Agung

PROPOSAL SKRIPSI


 

PENGARUH PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP MORALITAS SISWA

SMA NEGERI 1 SLAWI


 


 


 

Disusun Untuk memenuhi tugas :


 

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Dasar

Dosen Pengampu:    Miftahul Huda, MAg


 


 



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Disusun Oleh:


 

UMAR GHOZALI

NIM 232.108.358


 


 


 


 

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

( STAIN ) PEKALONGAN

2010


 

PENGARUH PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP

MORALITAS SISWA SMA NEGERI 1 SLAWI


 

  1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan masyarakat sebagai sebuah bentuk perubahan sosial yang direncanakan, banyak melibatkan unsur-unsur sosial, termasuk di dalamnya ajaran agama dan para pemeluknya. Mereka berperan sebagai subjek maupun objek dalam pembangunan.

Bangsa yang menjadi bangsa terkemuka adalah bangsa yang memberikan prioritas kepada pembangunan pendidikan karena aset suatu bangsa bukan terletak pada sumber dayanya yang melimpah, melainkan berada di tangan sumber daya manusianya yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas bukan saja terletak pada intelektualnya saja, akan tetapi mencakup seluruh aspek yaitu selain aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, juga yang paling urgen adalah aspek spriritualnya. Bangsa Indonesia ialah bangsa yang beragama dan memiliki berbagai norma yang berlaku di masyarakat, salah satunya adalah norma agama, yaitu petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan yang disampaikan melalui utusan-Nya (nabi/rasul) yang berisi perintah, larangan atau anjuran. Orang yang melanggar norma agama akan mendapat dosa.

Pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Dan menghantarkan menuju kepada manusia yang berkualitas

Namun sangat ironis sekali ketika kita lihat di televisi maupun di lingkungan kita sendiri bahwa para pelaku kejahatan kebanyakan adalah mereka yang berusia remaja. Remaja yang seharusnya sarat dengan ilmu dan kegigihan berjuang justru telah terlena dengan kesenangan yang menyesatkan.mereka lebih memilih untung senang sesaat tanpa memperhatikan efek atau kerugian yang ditimbulkan. Hawa nafsu telah menjadi Tuhan bagi mereka, hura-hura dan pergaulan bebeas terlihat sangat akrab dalam kehidupan remaja. Bahkan banyak dari mereka terjerumus pada penggunaan obat-obatan yang bisa merenggut nyawa yang masih muda. Para pemuda benar-benar telah terinfeksi oleh penyakit syahwat, yaitu penyakit kemaksiatan dan dosa yang sering digandrungi generasi muda. Seperti kepada wanita yang tidak boleh dilihat, keinginan mendengarkan nyanyian glamour, keinginan melihat gambar dan majalah-majalah porno, bergaul dengan para penganggur dan gelandangan, banyak bermain, berdusta, mengadu domba, serta keinginan untuk menipu dan berbohong

Sementara itu pendidikan kita belum mampu memberikan pengajaran yang cukup memadai untuk menanggulangi masalah tersebut. Materi yang diajarkan di sekolah formal lebih mengarah pada peningkatan kognitif saja. Jarang sekali atau bahkan tidak ada materi yang mengarahkan atau memberikan pola adab dan penataan hati yang sesuai dengan tuntutan agama. Bahkan para pendidik sendiri kadangkala sering tidak memperhatikan keutamaan adab dan perilaku yang baik kepada siswa, sehingga banyak siswa yang cerdas, namun minim akan adab. Mereka telah terprogram untuk menjadi manusia-manusia yang berfikir kedepan namun selalu ketinggalan dalam memahami kebaikan dan ajaran-ajaran agama.

Pendidikan yang minim akan materi adab dan sifat-sifat ketuhanan akan membentuk pribadi muda yang kebal terhadap dosa dan kemaksiatan. Kepandaian dan keahlian yang diperoleh hanya akan membawa kehancuran bagi dirinya. Dari sinilah para pendidik harus bisa melihat fenomena yang terjadi, khususnya bagi para guru agama yang notabene adalah seseorang yang memiliki keilmuan memadai dalam hal teori dan praktik keagamaan. Para pengajar dengan ilmunya bukan hanya mampu memberikan gambaran dan pemahaman keagamaan yang luas kepada anak didiknya, tetapi juga dapat mempraktikkan keilmuan tadi dalam perilakunya.

Namun, peranan pengajar dalam hal ini guru agama Islam, sampai sekarang belum terllihat jelas mampu memberikan pemahaman yang mendasar tentang ilmu agama bagi siswanya yang lebih menyedihkan lagi bahwa sistem pendidikan yang terdapat di sekolah-sekolah umum (bukan sekolah yang bercorak Islam atau pondok pesantren), sangat sedikit memberikan pengajaran yang bersifat keagamaan. Pembelajaran intuisi tersebut hanya berfokus pada pencapaian kecerdasan kognitif saja tanpa memperhatikan adab dan tingkah laku para siswanya.

Keadaan inilah yang menjadikan penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pembelajaran PAI untuk mengatasi krisis adab dan keimanan ini. Terkait dengan pendidikan dan praktik pelaksanaan keagamaan di sekolah-sekolah formal khususnya sekolah menengah atas (SMA) negeri 1 Slawi. Penulis memilih SMA Negeri 1 Slawi sebagai objek penelitian karena di SMA Negeri 1 Slawi sudah dilaksanakan praktik pembelajaran PAI sebagai dasar penanaman adab. Selain itu dari survey yang penulis lakukan bahwa moralitas dari siswa SMA Negeri 1 Slawi termasuk dalam kategori baik, hal ini dapat dilihat dari peneliti sebelumnya yang meneliti tentang moralitas siswa yang dikorelasikan dengan tingkat kecerdasan siswa SMA Negeri 1 Slawi, yang hasil akhrinya adalah tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan siswa dengan moralitas siswa.

Oleh karena itu penulis mengambil judul pengaruh pendidikan agama Islam terhadap moralitas siswa SMA Negeri 1 Slawi


 


 


 

  1. Rumusan Masalah
    1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Slawi?
    2. Bagiamana moralitas siswa SMA Negeri 1 Slawi?
    3. Bagaimana pengaruh antara pendidikan agama Islam terhadap pembentukan moralitas siswa di SMA Negeri 1Slawi?


     

    Untuk dapat mengerti dan memahami secara jelas tentang masalah yang dibahas, maka dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan kembali, yaitu :

    1. Pendidikan Agama Islam

      Pendidikan agama Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

      Pendidikan agama Islam berasal dari kata al-Tarbiyah. Dari segi bahasa, kata al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu : pertama, kata rabayarbu yang berarti bertambah, bertumbuh kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar, ketiga dari kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara

      Jadi pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dalam membimbing, membina dan mengarahkan peserta didik dalam rangka pemahaman ajaran agama Islam untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sesuai dengan ajaran Islam/pribadi muslim.

    2. Moralitas

      Moral digunakan untuk menyebut baik buruknya manusia dalam hal sikap, perilaku, tindak tanduk dan perbuatannya. Adapun moralitas itu sendiri mempunyai arti nilai kualitas manuisa sebagai manusia.


       

      Jadi yang dimaksud penulis dengan judul di atas adalah untuk menemukan hubungan antara Pelajaran PAI dengan moralitas siswa kelas XI SMA Negeri 1Slawi.


 

  1. Tujuan Penelitian
    1. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam yang telah diberikan di SMA Negeri 1 Slawi.
    2. Untuk mengetahui keadaan moralitas siswa-siswi di SMA Negeri 1Slawi.
    3. Untuk mengetahi pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Slawi dalam membentuk moral/akhlakul karimah.


     

  2. Kegunaan Penelitian
    1. Secara Teoritis

      Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dalam pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan pembentukan moralitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari

    2. Secara Praktis
      1. Bagi Guru

      Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana sebagai bekal bagi guru khususnya guru agama Islam dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan penyeru akan agama Allah.

      1. Bagi Sekolah

      Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyadarkan pihak pengelola sekolah untuk lebih memperhatikan program materi yang diberikan kepada siswanya.


 


 

  1. Tinjauan Pustaka
    1. Analisis Teoritis

      Dalam majalah Rindang Semarang, No. 1 Th. xxxx Agustus 2003, terdapat UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pada bab VI: jalur, jenjang, dan jenis pendidikan: bagian kesembilan tentang pendidikan pembinaan, pada ayat 2, 3 dan 4 disebutkan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli agama.

      Menurut Drs. Ahmad D. Marimba pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut, ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain, seringkali beliau menyatakan kepribadian utama dengan istilah kepribadian muslim, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai agama Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

      Hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.

      Menurut Syekh Khalid bahwa pendidikan Islam adalah metode istimewa yang digunakan Islam untuk mendidik anak-anak dengan pendidikan keimanan. Pendidikan ini menuju sasaran pada pembagian akal manusia dan melatihnya untuk berfikir, merenung, memperhatikan, membahas dan menggali kecerdasan manusia pada puncak kemampuan akal disamping untuk melayani individu dan mengangkat status masyarakat secara bersama-sama untuk memperbaiki perasaan (emosi), manusia, meningkatkan motivasi, meningkatkan perilaku dan mendapatkan variasi dari interaksi sosial, yang meletakkan batas-batas bagi setiap manusia dalam interaksinya dengan yang lain, sehingga masyarakat diarahkan oleh ruh persaudaran, saling empati dan membantu.

      Moral berasal dari bahasa latin dari kata "mores" yang berarti adat istiadat dan "aturan kesusilaan" yang meliputi semua norma untuk kelakuan, perbuatan yang baik Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran berbentuk petuah-petuah, nasehat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik agar Ia benar-benar menjadi manusia yang baik. Moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau kebudayaan tentang perilaku yang baik dan buruk.

      Menurut Dr. Poespopodjo bahwa moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia.

      Moralitas memberi manusia aturan dan petunjuk kongkrit tentang bagaimana ia harus hidup, sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.

      Menurut Rahman Jatmika, bahwa moralitas adalah sinonim dari akhlak. Moralitas sendiri berarti kebiasaannya, sedangkan akhlak adalah tingkah laku manusia yang berasal dari ratio dan karsa.

      Adapun menurut Fans Maguis Suseno bahwa moralitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kebiasaan, pendidikan, agama dan kesadaran jiwa.

      Menurut Fathullah bahwa moral dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, 1) moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia sebagai suatu manifestasi dari pancaran ilahi 2) moral terapan, yaitu moral yang didapat dari ajaran berbagai filsafat, agama adab yang menguasai permintaan manusia

      Dalam skripsi saudara Maria Ulfa yang berjudul "Korelasi tingkat kecerdasan kognitif dengan moralitas siswa SMA Negeri 1 Slawi" bahwa moralitas adalah segala sesuatu yang dilakukan manusia yang mempunyai nilai baik dan buruk. Namun dalam skripsi tersebut tidak ditemukannya korelasi antara tingkat kecerdasan kognitif dengan moralitas. Sementara penelitian yang penulis lakukan adalah difokuskan pada pengaruh PAI terhadap moralitas siswa.

    2. Kerangka berpikir

      Berdasarkan analisis teoritis di atas bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah seharusnya dapat meningkatkan kepribadian para siswanya, bukan sebaliknya yaitu terjadinya dekadensi moral atau kemerosotan moral dikalangan pelajar. Karena kalau kita lihat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental yang akan berwujud dalam amal perbuatan, baik dalam segi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Pada segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Oleh karena itu, pendidikan Islam sekaligus merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan kerena ajaran Islam beisi ajaran tentang sikap, tingkah laku pribadi di masyarakat menuju kesejahteraan hidup perseorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pandidikan masyarakat.

      Maka dari itu pendidikan agama Islam harusnya dapat menjadi pedoman dalam pembentukan moralitas para pelajar. Dan tujuan diberikannya pelajaran agama Islam pada intinya menurut al-Ghazali untuk pembentukan akhlakul karimah atau pembentukan moral

      Pendidikan agama Islam berkaitan dengan pendidikan moral, tidak berlebih-lebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah yang dianggap buruk oleh agama. Sebab pendidikan akhlak/moral adalah jiwa pendidikan Islam, karena salah satu tujuan tertinggi pendidikan agama Islam adalah pembinaan akhlak al-Karimah

      Dengan demikian bahwa pendidikan agama Islam mempunyai peran yang penting dalam membentuk dan mempengaruhi moralitas seseorang.

    3. Hipotesis

      Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

      Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah ada korelasi yang signifikan antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dengan moralitas siswa. Maksudnya bahwa semakin baik tingkat pelaksanaan PAI maka semakin tinggi pula moralitas seseorang


     


     


     


     

  2. Metode Penelitian
    1. Desain Penelitian
      1. Jenis penelitian

      Jenis penelitian ini adalah studi kasus karena merupakan penyelidikan mendalam (indepth study) mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai suatu unit sosial tersebut.

      Dengan melakukan studi kasus, peneliti dapat melakukan pengumpulan data, dan mengumpulkan informasi tentang pengaruh PAI dengan moralitas siswa.

      1. Pendekatan penelitian

      Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan jenis pendekatan kuantitatif. Penggunaan ini digunakan karena peneliti akan mengumpulkan dan menganalisis data-data yang berupa angka tentang pelaksanaan PAI dan moralitas siswa SMA 1 Slawi yaitu dalam melakukan penelitian menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.

    2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

      Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

      Adapun dari sudut penelitian, "pengaruh pendidikan agama Islam terhadap moralitas siswa SMA Negeri 1 Slawi" maka terdapat dua variabel penelitian. Yaitu yang pertama adalah pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas (x), variabel ini merupakan variabel pengaruh terhadap variabel terikat. Dan yang kedua adalah moralitas siswa sebagai variabel terikat (y), variabel ini sebagai varibel yang dipengaruhi oleh varibel bebas

      Supaya dalam penelitian ini lebih terarah, maka perlu adanya kejelasan indikator penelitian

      1. Pendidikan agama Islam sebagai pengaruh, indikatornya adalah
        1. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
        2. Hasil evaluasi belajar pendidikan agama Islam
      2. Moralitas siswa sebagai variabel yang dipengaruhi indikatornya adalah:
        1. Moralitas siswa dalam pergaulan di sekolah, keluarga, dan masyarakat
        2. Moralitas siswa tentang tata tertib sekolah, pergaulan siswa dan guru
        3. Tanggung jawab moral
    3. Populasi Dan Sampel Penelitian

      Populasi adalah keseluruhan jumlah dari objek penelitian dan merupakan batas sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama. Sehingga populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Slawi tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 277 siswa.

      Sedangkan yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI

      Adapun teknik pengambilan dalam penelitian ini adalah random sampling proportional, maksudnya adalah pengambilan sampel dilakukan secara acak dan proporsional dari jumlah populasi yang ada. Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah siswa kelas XI tahun pelajaran 2009/2010. hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto, bahwa jika jumlah populasi 100 atau lebih maka sampelnya 10-15% atau 20-25%. Sedangkan jika populasinya kurang dari 100 maka semuanya dijadikan sampel. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari 255 adalah 51 siswa.

    4. Sumber Data Penelitian

      Dalam penelitian ini, terdapat dua number data yang saling melengkapi, yaitu :

      1. Sumber Data Primer

      Yang dimaksud dengan sumber data adalah yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Dalam hal ini sumber data primernya adalah data yang berkaitan dengan pelaksanaan PAI dengan moraliras siswa. Adapun sumber data primernya adalah siswa, wali kelas dan guru bimbingan konseling.

      1. Sumber Data Sekunder

      Yaitu data-data yang mendukung data primer yaitu guru, kepala sekolah, staf TU dan buku-buku yang menunjang serta dokumen/ arsip-arsip yang ada

    5. Teknik Pengumpulan Data

      Adapun dalam mencari dan mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu:

      1. Metode Observasi

      Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek baik langsung maupun tidak langsung. Motode ini penyusun pilih karena dapat menghasilkan data yang akurat sebab metode ini memungkinkan gejala-gejala peneitian dapat diamati dari dekat. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan terhadap moralitas siswa SMA Negeri 1 Slawi dalam kesehariannya.

      Metode ini penulis gunakan untuk mencari data-data yang terkait dengan prektek pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Slawi, yaitu seperti bagaimana pola pembelajaran yang dilakukan serta bagaimana metode saat pembelajaran tersebut berlangsung.

      1. Metode Interview

      Adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Dalam hal ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru PAI terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam.

      Dari metode ini peneliti akan mendapatkan data yang berkenaan dengan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran pendidikan agama Islam dan bagaimana praktek pelaksanaanya misalnya tentang bagimana penerapan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari siswa.

      1. Metode Angket

      Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data/informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Peneliti memberikan angket kepada beberapa siswa berkenaan dengan nilai-nilai moral, tanggung jawb moral dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari, di sekolah, di rumah ataupan di masyarakat.

      Metode ini penyusun gunakan untuk mencari data mengenai moralitas siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Metode angket yang peneliti gunakan, hanya sebagai sumber tambahan, sehingga pengolahan datanya hanya bersifat sederhana.

      1. Metode Dokumentasi

      Yaitu suatu metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ceger, agenda dan sebagainya.

      Peneliti menggunakan metode ini untuk mendapatkan data yang sudah tersusun dalam bentuk tertulis yang berkiatan dengan objek peneliti, seperti jadwal pembelajaran, kegiatan keagamaan dan lain-lain.

      Dari keempat metode di atas, yang paling dominan penyusun gunakan adalah metode angket dan metode observasi, sebab dari kedua metode tersebut data-data dari sumber primer dapat penyusun peroleh untuk selanjutnya diolah menjadi suatu rumusan.

    6. Tekinik Analisis Data

      Teknik analisis data pada penelitian ini analisis kuantitatif, yaitu dalam mengumpulkan data dan penafsirannya peneliti menggunakan rumus-rumus statistik.

      Analsis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan produk moment untuk menguji hipotesis antara variabel yang berdata kategorik dan non kategorik. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama untuk membuktikannya dengan menggunakan rumus:

      AArxy = ∑xy    

      √ (∑x2) (∑y2)

      Dimana :

      r = koefisien korelasi tiap item

      x = x-x

      y = y-y

      xy = produkt dari deviasi x dikali deviasi y

      Untuk memutuskan apakah terjadi hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, dengan taraf kesalahan 5% (p value 0,05) apabila dari perhitungan ternyata bahwa harga r hitung > harga r tabel (pada tabel r produk moment), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan. Sedangkan harga r hitung < r tabel maka H. Diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan yang positif dan signifikan.


     


     

  3. Sistematika Penulisan Skripsi

Bab I berisi tentang Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi

Bab II mengemukakan tentang pengertian PAI, ruang lingkup PAI yang terdiri dari karakteristik pendidikan agama Islam, materi-materi pendidikan agama Islam, prinsip-prinsip pengembangan tujuan PAI serta tujuan PAI, kemudian akan dibahas tentang pengertian moralitas dan ruang lingkungannya yang teridri dari teori-teori moralitas, faktor-faktor yang mempengaruhi moralitas dan indikator moralitas. Kemudian akan dikemukakan tantangan yang dihadapi pendidikan agama Islam saat ini.

Bab III menguraikan tentang keadaan moral siswa-siswi SMA Negeri 1 Slawi, tinjauan umum tentang SMA Negeri 1 Slawi yang meliputi sejarah singkat SMA Negeri 1 Slawi, struktur organisasi, sarana dan prasarana, keadaan guru dan siswanya, juga akan dikemukakan keadaan keagamaan dan proses belajar pendidikan agama Islam dan pengaruhnya terhadap pembentukan moral siswa SMA Negeri 1 Slawi.

Bab IV berisi tentang pengaruh pendidikan agama Islam terhadap moralitas siswa SMA Negeri 1 Slawi, serta akan disampaikan tentang analisa pengaruh pendidikan agama Islam terhadap moralitas siswa SMA Negeri 1 Slawi.

Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Ahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama, Pustaka Setia, Bandung: 2000.


 

Al-Akk, Khalid bin Abdurrahman, Cara Islam Mendidik Anak, Ad-Dawa' Yogyakarta: 2006.


 

Al-Qarni, A'idh, Jadilah Pemuda Kalifi Terjemah Filyatun Amanu bin Rabbihim, Aqwam, Solo: 2005.


 

Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Penerbit Angkasa, Bandung: 1992.


 

Aly, Jamaludin dan Abdullah, Kapita Selekta Pendidikan Ulama, CV Pustaka Setia, Bandung: 1998.


 

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Bina Aksara, Jakarta: 1991.


 

______, Proses Penelitan Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 1996.


 

Daya, Burhadudin, Agama Dialogis, Mataram-Minang Lintas Budaya, Yogyakarta: 2004.


 

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Fakultas Psikologi Yogyakarta, Yogyakarta: 1989.


 

Jatnika, Rahmat, Sistem Etika Islam, Pustaka Panjimas, Jakarta: 1992.


 

Poespopodjo, W., Filsafat Moral, Pustaka Grafika, Bandung: 1998.


 

Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta: 2005.


 

Salam, Burhanudin, Etika Sosial, PT. Rieneka Putra, Jakarta: 1992.


 

Sugioyo, Stastika Untuk Penelitian, Alfabeta, Jakarta: 2006.


 

Suseno, Frans Magnis, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius, Yogyakarta: 1987.


 

Suprayanto, Yudi, Beberapa Norma di Indonesia, Cempaka Putih, Klaten: 2008.


 

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Rosda Karya, Bandung: 1992.